Kamis, 15 April 2010

cinta sejati dan cinta buta

Saat kamu merasakan cinta sejati, kamu menyayangi seseorang apa adanya, memahami kekurangannya dan menutupi kelemahannya sambil melihat sisi terbaiknya.

Saat kamu cinta buta dengan seseorang,
kamu menganggapnya dia begitu
sempurna
hingga
menutupi seluruh kekurangan yang ada pada dirinya.

Hmmmmm…

Kalau dipikir-pikir lagi,
sebenarnya perbedaan antara
Cinta Buta dan Cinta Sejati
itu tipiiiiiissss banget ya?

Saat kamu mencintai seseorang begitu dalamnya,
kemungkinan besar kamu akan mencoba memahami kekurangannya.
Di saat itu.. apakah kamu mencintainya secara buta
atau memang hanya mencintai dia apa adanya?

Saat dia melakukan kesalahan dan kamu memaafkannya,
karena namanya manusia memang tak pernah lepas dari kesalahan,
apakah itu berarti mencintainya secara buta
atau mencintai apa adanya?

Saat hadir seseorang yang lebih baik darinya,
namun
tak juga kamu berpaling dari sang kekasih
apakah itu berarti mencintai apa adanya
atau mencintai secara buta?

Atau saat kamu menganggapnya begitu sempurna
sehingga
tak ada yang mampu menggantikan kehadirannya,
apakah itu berarti mencintai apa adanya
atau mencintai secara buta?

Sampai sejauh mana kita bisa mencintai apa adanya
tanpa harus membutakan mata?

Apakah mungkin seseorang mencintai apa adanya tanpa menjadi buta?
Ataukah mencintai secara buta berarti juga mencintai apa adanya?

Senin, 12 April 2010

battle

Apa yang terjadi dengan adanya ketidaksesuaian antara harapan dan cara yang ada dalam mewujudkannya? Hakikatanya, jika kita menginginkan sesuatu baiknya kita pun mewujudkan dengan cara yang sesuai dan tidak terlalu mengambil resiko. Apapun resikonya. Namun yang kadang terjadi adalah sesuatu yang bisa dibilang “out of box” dalam mewujudkan sesuatu dan lebih berminat untuk mengambil resiko yang berat.

Mungkin ini ada hubungannya juga dengan ketidakakuran antara logika dan hati manusia yang selalu bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan untuk jalan keluar. Sering saya terheran-heran, mengapa keduanya itu tidak bisa disinkronisasikan secara sempurna sedangkan dalam tubuh manusia itu mempunyai sutu sistem pusat yang berfungsi mengatur secara keseluruhan. Lalu mengapa hati dan logika manusia tidak bisa satu kata? Lantas keputusan mana yang harus diprioritaskan, yang berasal dari hati atau yang berasal dari logika?